"Have you heard this story?"
Write your wish on a paper and place it in a small glass bottle,
"What are you always so diligently wishing for every day?"
Title: let me regret.
Version: 2.06
Since: 20/09/2009
your wish will come true.
Title: let me regret.
Version: 2.06
Since: 20/09/2009
your wish will come true.
Title: evil series; part 1: daughter of evil [prologue]
Rating: 13+
Warning: Character Death, Boys Love
Genre: Angst, Romance, Mistery, Kingdom AU;
Ohohohoho—
“So shall we start?”
Bocah itu tersenyum, menatap kumpulan anak-anak di depannya. Di tangannya tergenggam sebuah buku besar berwarna cokelat. Buku itu terkesan tua—apalagi dengan gores-goresan yang ada pada sampulnya. Dia memasang seringai. Membuat salah satu anak di sudut belakang tertawa kecil, mengingat seringai si bocah memang sama sekali tak cocok untuk wajahnya. Dalam kata lain, sama sekali tak cocok baginya untuk menyeringai.
“So shall we start, kids?”
There was once upon a time in another place,
An evil kingdom who no person dared to face;
And the ruler was a boy so mean.
A tiny little prince of only age sixteen!
Bocah berambut brunette itu menyeringai, menatap seorang bocah yang berwajah hampir sama dengan dirinya. Bocah berambut hitam pekat itu sedang duduk berlutut dengan tubuh yang berlumur darah. Lantai di depannya juga penuh darah, dan jelas ada sepuluh mayat yang tergeletak di tengah-tengah ruangan, membuat suasana mencekam. Bocah berambut hitam pekat sama sekali tak menunjukkan satupun ekspresi, datar menatap lantai.
Dan itu hanya membuat si brunette menjadi lebih senang lagi. Bangkit dari singgasananya, bocah brunette itu menghampiri si bocah hitam pekat, dan memeluknya erat.
“Terima kasih…hyung.”
So many furnitures littered him abroad,
His loyal servant who’s likeness surely showed.
Josephine was what his horse was named,
All the riches of the world is what she had claimed.
Bocah berambut hitam pekat itu tersenyum kepada magnaenya, karena sebagai hyung ia bertanggung jawab menyenangi magnaenya. Magnaenya yang berambut brunette; yang merupakan pangeran dari kerajaan ini. Magnaenya tersenyum padanya, mengelus kudanya yang bernama Josephine. Sementara ia sendiri sedang merapikan furnitur-furnitur yang berantakan sehabis pesta kemarin, apalagi dengan warna merah yang mengotori lantai.
Namun—bagaimanapun juga—ia adalah seorang pelayan, bukan begitu?
If you’re short on money, that’s not a fearful thing;
Just take it from those who you dangle on a string.
To those who feel that they want to bring me down.
You’ll just tidy up my gown.
“Now, bow to me!”
“Hyung. Ada apa?”
Sang magnae menatap yang lebih tua dengan tatapan khawatir, begitu melihat ekspresi yang ada pada wajah kakaknya. Kakaknya hanya tersenyum hampa, seakan mencoba menerima kenyataan pahit yang adiknya tak tahu apa. Menatap kakaknya—makin khawatir—sang adik menyambar kakaknya, membawanya ke dalam dekapannya.
“Uang kita sudah hampir habis,” kakaknya berkata dengan suara yang bergetar, masih menenggelamkan kepalanya ke pundak sang adik. Adiknya dapat merasakan pundaknya basah oleh air mata, namun segera, ia melepaskan pelukan itu, melihat ke arah kakaknya yang tanpa ia sadari telah melepas kacamatanya.
“Kenapa kita tak ambil dari mereka?”
“Siapa?”
“Mereka, hyung. Those filthy humans.”
Merinding, sang kakak memandang adiknya—terkejut.
Evil flowers,
steadily bloom;
With an array of colourful doom,
but the weeds who feel that they want to stay,
they’ll just die and feed me the same way.
Bocah yang lebih tua, yang tentu saja adalah kakaknya, memandang adiknya yang sedang memandang ke luar jendela dengan hampa. Kemarin baru saja terjadi kejadian besar, yaitu si adik menyuruhnya mengancam penduduk sekitar untuk menyerahkan uang untuk mereka makan. Tentu saja ia ingin menolaknya, namun ia masih ingat bahwa ia adalah pelayan dan adiknya adalah pangeran; akhirnya—ia malah terpaksa membunuh beberapa orang.
“Dammit.”
The prince held a love for a man
Of blue who wasn't very much her fan
But instead he chose his neighbor's boy
Of green who's eyes shone like a pearl.
Adiknya jatuh cinta.
Kemarin, adalah hari terburuk di dalam hidupnya. Ia harus menerima kenyataan bahwa adiknya patah hati dan jatuh cinta pada saat bersamaan, kepada pria yang tinggal di sekitar istana. Namun sang pria jatuh cinta kepada bocah di negeri tetangga, pewaris tahta yang lebih muda darinya. Tadinya pangeran itu adalah sahabat adiknya, namun kini adiknya sama sekali tak mau berhubungan dengan si pangeran.
Dan jangan lupa—ia juga patah hati.
The prince knew this and filled with rage;
He called in the minister locked in his cage.
And said in soft voice to not be heard:
“Make sure this boy country is badly stirred.”
Sang adik tersenyum, memandang para tetua dengan senyum yang mengerikan, membuat para tetua bergidik. Walaupun mereka lebih tua daripada bocah berambut brunette tersebut, mereka tak punya kekuatan sekuat si bocah—dan itu jelas membuat mereka gugup; mereka akan menerima penawaran ini atau tidak?
Akhirnya tetua paling bijak mengangguk, menyetujui.
Si bocah berambut brunette memasang seringai, dengan suara sekecil mungkin berkata, “Aku ingin banyak penyiksaan di negara bocah ini. Setuju?” Mengerikan, suara sekecil itu pun mengandung rasa dendam yang mendalam.
Berat hati, mereka semua mengangguk—menambah besar seringai si bocah.
Houses of the people were burned to the ground
So many voices would no longer make a sound
The people who had suffered so much pain
Didn't get pity from the one who'd slain.
"Oh, it's tea time."
Esok harinya sang kakak terbangun dengan kaget, kesiangan—tapi ia tidak khawatir karena ini hari minggu. Yang mengejutkannya adalah berita yang didengarnya dari pelayan wanita yang gemar bergosip, bahwa negeri rival cinta adiknya telah rata dengan tanah. Cepat-cepat ia menuju ruangan adiknya.
“Tuan—”
Tapi ia kaget melihat figur adiknya yang menyeringai lebar, sambil berkata satu hal yang absurd terdengar di telinganya.
“Ah—sekarang waktunya teh.”
Tapi akhirnya sang adik tiada,
meninggalkan dunia dari dendam sang pria dan sang wanita;
yang keduanya mencintai seorang bocah.
“Oh, it’s tea time.”
begitulah—hal ini menjadi cerita turun temurun.
“Hyung.”
“Ya?”
“Aku…merasa mereka mirip dengan kau dan Eunhyuk.”
“Benarkah?” (smirks)
“HEI, AKU TAK SEKEJAM ITU!” (menggeplak Donghae)